Dalam catatan sejarah Islam, terdapat beberapa lokasi yang memiliki nilai historis dan spiritual yang sangat signifikan, salah satunya adalah Jabal Rahmah.
Pertanyaan mengenai hakikat Jabal Rahmah mungkin sering terlintas di benak umat Islam, terutama bagi mereka yang berencana melaksanakan ibadah haji.
Bagi banyak orang, bukit ini melambangkan kasih sayang dan ampunan Allah kepada hamba-Nya.
Di samping itu, Jabal Rahmah juga menyimpan sejumlah peristiwa bersejarah penting lainnya, menjadikannya sebuah situs spiritual yang sangat dihormati dalam agama Islam.
Oleh karena itu, dalam kesempatan kali ini, kita akan mengulas secara komprehensif mengenai Jabal Rahmah, signifikansinya, serta sejarah yang terukir di baliknya. Mari kita simak penjelasannya lebih lanjut!
Apa Itu Jabal Rahmah?
Berdiri di jantung Padang Arafah, Jabal Rahmah adalah formasi bukit kecil yang tersusun dari tumpukan batu-batu besar. Padang Arafah sendiri berada di sebelah timur kota suci Mekkah, di luar batas tanah haram, dengan jarak sekitar 20 km dari pusat kota.
Bukit Jabal Rahmah memiliki ketinggian mencapai 60 meter, dihitung dari sisi selatan dasarnya hingga puncak.
Secara historis, masyarakat Arab mengenalnya sebagai Gunung Ilal, dan Abdullah bin Abbas RA menyebutnya Jabal Arafah atau Gunung Arafah.
Nama Jabal Rahmah mulai dikenal luas setelah abad ke-4 Hijriyah, dan kemudian menjadi nama yang umum dalam karya-karya para ulama.
Jabal Rahmah merupakan sebuah bukit yang terletak di Padang Arafah, berjarak sekitar 20 kilometer dari Kota Mekah, Arab Saudi. Dalam bahasa Arab, kata “Jabal” berarti gunung atau bukit, sementara “Rahmah” memiliki arti kasih sayang. Dengan demikian, Jabal Rahmah seringkali diterjemahkan sebagai “Bukit Kasih Sayang.”
Jabal Arafah & Jabal Ilal Penamaan Yang Tepat Menurut Ulama
Kesalahan lain yang perlu disoroti adalah pemberian nama “Jabal Rahmah” (gunung cinta atau kasih sayang) kepada Jabal ‘Arafah. Penamaan ini hanya bersumber dari kisah israiliyat yang mengisahkan pertemuan Nabi Adam dan Hawa di bukit tersebut, sebuah narasi yang jelas tidak memiliki validitas dalam ajaran Islam.
Tindakan menamai gunung ini dengan “Jabal Rahmah” tidak dapat dibenarkan karena dua alasan mendasar: Pertama, nama ini tidaklah familiar di kalangan para ulama. Nama yang secara luas dikenal dan diakui oleh para ulama adalah “Jabal Ilal” dan “Jabal ‘Arafah”. Di luar kedua nama ini, penyebutan lainnya merupakan inovasi yang tidak berdasar.
Peristiwa Penting yang Terjadi di Jabal Rahmah
Pada dasarnya, Jabal ‘Arafah bukanlah tempat yang memiliki keutamaan tertentu. Namun, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan wukuf di sisi belakang Jabal ‘Arafah, tepatnya di bagian bawah bukit, sambil berkendara di atas untanya dan menghadap ke arah kiblat, dengan Jabal ‘Arafah berada di depannya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَقَفْتُ هَهُنَا وَعَرَفَةُ كُلُّهَا مَوْقِفٌ
“Aku wukuf di sini, dan ‘Arafah seluruhnya adalah tempat untuk wukuf.”
(HR. Ibnu Khuzaimah no. 2815 dan Ibnul Jarud dalam Al-Muntaqa no. 465, shahih)
Jadi yang bisa kita contoh dari rasul kita adalah, Jabal Arafah atau dikenal dengan Jabal Rahmah ini merupakan tempat rasulullah wukuf ketika puncak haji, sehingga di luar musim haji destinasi ini tidak memiliki keutamaan khusus. Sejatinya kita berziarah ke Jabal Rahmah adalah untuk menapak tilasi perjalanan haji rasulullah bersama para sahabatnya.
Pertemuan Nabi Adam dan Hawa
Salah satu narasi paling terkenal yang terkait dengan Jabal Rahmah adalah kisah pertemuan antara Nabi Adam dan Hawa setelah keduanya diturunkan dari surga. Namun kisah ini bukan berasal dari Al-Qur’an dan Hadist, umumnya diambil dari kisah-kisah Israiliyat yang bukan berasal dari ajaran agama kita, tentu perbedaan pendapat akan ada terkait hal ini dan kita harus mampu menyikapinya dengan baik.
Keduanya harus menjalani kehidupan di bumi sebagai bagian dari proses taubat dan pembelajaran untuk menjadi hamba yang lebih taat.
Setelah melalui masa perpisahan yang panjang, Allah Ta’ala akhirnya mempertemukan kembali Nabi Adam dan Hawa di Jabal Rahmah sebagai wujud kasih sayang dan ampunan dari-Nya.
Peristiwa ini dianggap sangat bersejarah karena menandai awal mula kehidupan manusia di bumi dan juga menjadi simbol bahwa Allah Maha Pengampun bagi hamba-Nya yang sungguh-sungguh bertaubat.
Dengan demikian, Jabal Rahmah diabadikan dalam sejarah Islam sebagai tempat di mana manusia pertama kali memahami tentang kasih sayang dan ampunan Allah.
Hal ini menjadikan Jabal Rahmah sebagai tempat yang sangat dihormati oleh umat Islam, terutama sebagai lambang harapan dan kesempatan baru yang diberikan Allah kepada hamba-Nya yang berbuat salah namun ingin kembali kepada-Nya.
Tempat Turunnya Wahyu Terakhir
Jabal Rahmah juga dikenal sebagai lokasi di mana wahyu terakhir dari Allah Ta’ala diturunkan kepada Nabi Muhammad ﷺ.
Wahyu ini, yang termaktub dalam Surat Al-Maidah ayat 3, menyampaikan pesan bahwa agama Islam telah mencapai kesempurnaan dan Allah telah meridai Islam sebagai agama bagi seluruh umat manusia.
Turunnya wahyu ini di Jabal Arafah yang saat ini dikenal dengan Jabal Rahmah menandai puncak kesempurnaan Islam sebagai pedoman hidup bagi seluruh umat manusia. Wahyu terakhir ini juga menjadi penutup dari rangkaian wahyu yang diterima oleh Rasulullah ﷺ sepanjang masa kenabiannya.
Pesan yang terkandung dalam wahyu ini sangat fundamental karena menyatakan bahwa Allah Ta’ala telah menyempurnakan agama Islam, dan tidak akan ada lagi wahyu yang diturunkan setelahnya.
Dengan adanya wahyu terakhir ini, ajaran Islam menjadi panduan yang komprehensif bagi kehidupan manusia, mencakup seluruh aspek, mulai dari ibadah, akhlak, hingga muamalah atau interaksi sosial.
Tempat Rasulullah Menyampaikan Khotbah Wada’
Salah satu peristiwa paling signifikan yang terjadi di Jabal Rahmah adalah ketika Rasulullah ﷺ menyampaikan Khotbah Wada’ atau khotbah perpisahan di Padang Arafah.
Khotbah ini disampaikan saat Rasulullah ﷺ melaksanakan ibadah haji terakhirnya sebelum wafat, dan mengandung pesan-pesan penting yang menjadi pedoman hidup bagi umat Islam.
Dalam Khotbah Wada’, Rasulullah ﷺ menyampaikan beberapa ajaran pokok yang meliputi persatuan umat, perlindungan hak asasi manusia, dan urgensi keadilan.
Rasulullah ﷺ menekankan persaudaraan di antara sesama umat Islam, perlindungan hak-hak perempuan, serta melarang segala bentuk penindasan dan penyalahgunaan kekuasaan.
Khotbah tersebut merupakan wasiat terakhir dari Rasulullah ﷺ kepada umat Islam dan hingga kini menjadi salah satu pesan abadi dalam ajaran Islam.
Bagi umat Islam, Khotbah Wada’ memiliki nilai yang sangat tinggi karena memuat prinsip-prinsip dasar yang menjadi landasan hidup, baik dalam beribadah kepada Allah Ta’ala maupun dalam berinteraksi dengan sesama manusia secara penuh hormat dan adil.
Makna Jabal Rahmah dalam Sejarah Islam
Signifikansi Jabal Rahmah tidak hanya terletak pada nilai historisnya, tetapi juga pada makna spiritual yang mendalam. Jabal Rahmah menjadi simbol kasih sayang Allah yang tak terbatas dan ampunan yang senantiasa diberikan-Nya kepada hamba yang bersedia bertaubat.
Pertemuan Nabi Adam dan Hawa di Jabal Rahmah mengingatkan kita akan rahmat Allah yang selalu memberikan kesempatan kedua bagi hamba-Nya yang berbuat khilaf dan ingin kembali kepada-Nya.
Selain itu, Jabal Rahmah mengandung pesan penting tentang persatuan umat manusia. Peristiwa pertemuan Nabi Adam dan Hawa mengajarkan bahwa seluruh manusia berasal dari satu keturunan yang sama dan bahwa kasih sayang Allah diperuntukkan bagi seluruh umat manusia, tanpa memandang perbedaan suku, bangsa, atau status sosial.
Bukit ini juga menjadi saksi bisu Rasulullah ﷺ menyampaikan pesan persatuan dan keadilan melalui Khotbah Wada’ yang memuat prinsip-prinsip fundamental Islam dalam memperlakukan sesama manusia dengan penuh penghormatan dan keadilan.
Kesalahan-Kesalahan Yang Umum Terjadi di Jabal Rahmah
- Keyakinan keliru di kalangan masyarakat awam menganggap gunung tersebut memiliki “keberkahan” yang mampu melanggengkan hubungan asmara atau perkawinan. Hal ini mendorong munculnya berbagai praktik yang tidak sesuai, contohnya membuang gambar kekasih di gunung itu atau menuliskan nama diri dan pasangan pada monumen di puncak Jabal ‘Arafah atau batu-batu di sekitarnya, dengan harapan cinta mereka abadi.
- Tindakan memeluk dan mengusap tugu/monumen juga dilakukan karena kepercayaan pada keberkahannya.
Kesimpulan
Demikianlah ulasan lengkap mengenai hakikat Jabal Rahmah. Bagi umat Islam, bukit ini adalah representasi ampunan, kasih sayang, dan petunjuk Allah Ta’ala yang senantiasa memberikan harapan bagi setiap hamba yang ingin bertaubat dan mendekatkan diri kepada-Nya.
Makna dan sejarah yang terukir di balik Jabal Rahmah menjadi pengingat abadi bagi umat Islam tentang luasnya kasih sayang Allah, pentingnya persaudaraan antar sesama, serta keadilan yang wajib dijunjung tinggi dalam kehidupan.