Menjelang pelaksanaan ibadah haji tahun 1446 Hijriah dengan estimasi waktu wukuf yang merupakan puncak haji pada 5 Juni 2025 di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna), para calon jemaah haji Indonesia akan berkumpul dalam jumlah besar di satu lokasi.
Antisipasi Lonjakan Pengguna Toilet di Armuzna: Strategi Dokter untuk Jemaah
Kondisi berkumpulnya jutaan jemaah di Armuzna tentu berpotensi menimbulkan antrean panjang di fasilitas toilet atau kamar mandi. Menyikapi hal ini, Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Kedokteran Haji Indonesia (Perdokhi), Dokter Syarief Hasan Lutfie, memberikan imbauan penting kepada para calon jemaah haji untuk mengatur pola makan dan minum mereka demi menjaga kenyamanan selama melaksanakan wukuf.
Dokter Syarief menekankan pentingnya bagi para calon tamu Allah untuk memperbanyak konsumsi buah dan sayuran. Selain itu, beliau menyarankan untuk menghindari makanan yang mengandung banyak minyak.
“Selain itu, penting juga untuk mengatur frekuensi buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB). Mengatur pola BAK bukan berarti mengurangi minum. Contohnya, saat ingin ke toilet, sebaiknya mencari waktu-waktu di mana antrean jemaah tidak terlalu padat,” jelas beliau dalam media briefing daring bertajuk ‘Tips Kesehatan untuk para Calon dan Jemaah Haji’ yang diselenggarakan oleh Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia.
Pentingnya Hidrasi Maksimal di Tengah Cuaca Ekstrem Tanah Suci
Lebih lanjut, Dokter Syarief mengingatkan para calon jemaah haji Indonesia untuk minum air sesering dan sebanyak mungkin. Langkah ini krusial untuk mencegah terjadinya dehidrasi dan heat stroke akibat suhu udara ekstrem yang diperkirakan melanda Tanah Suci.
“Usahakan untuk minum hingga 8.000 cc setiap hari. Minumlah setiap saat dan sebanyak-banyaknya, terkecuali bagi individu yang memiliki riwayat gangguan ginjal,” tegasnya.
Waspadai Dampak Cuaca Panas Ekstrem Terhadap Kesehatan Jemaah
Saat pelaksanaan wukuf, suhu udara diprediksi dapat mencapai lebih dari 45 derajat Celsius. Kombinasi cuaca panas dan kelembapan udara yang rendah sangat berisiko bagi kesehatan jemaah, terutama bagi mereka yang memiliki riwayat hipertensi dan gangguan paru. Selain itu, cuaca panas juga berpotensi mengganggu tingkat kesadaran dan kondisi psikologis jemaah.
Dokter Syarief menyarankan agar jemaah senantiasa menggunakan alat pelindung diri saat beraktivitas di luar ruangan, menjaga hidrasi tubuh dengan selalu membawa air minum, mengonsumsi makanan bergizi, serta tidak berlebihan dalam melaksanakan ibadah sunnah hingga menyebabkan kelelahan.
Panduan Praktis: Strategi Mengatasi Antrean Toilet di Armuzna
Berikut adalah rincian tips yang lebih mendalam:
- Atur Jadwal Buang Air: Jangan menunda hingga benar-benar mendesak. Identifikasi waktu yang tepat saat antrean toilet cenderung lebih lengang.
- Siapkan Perlengkapan Pribadi: Bawa tisu, sabun, dan bidet portable untuk menjaga kenyamanan dan kebersihan diri.
- Hindari Jam Sibuk Toilet: Usahakan untuk tidak mengantre toilet sesaat sebelum dan sesudah pelaksanaan salat wajib, atau selama puncak wukuf di Arafah.
- Manfaatkan Waktu Luang: Jika memungkinkan, antre toilet sekitar dua jam sebelum masuk waktu ibadah agar tidak terburu-buru menjelang salat.
- Persiapkan Mental dan Emosi: Bersabar dan tidak tergesa-gesa sangat penting, mengingat antrean toilet di Padang Arafah berpotensi sangat panjang.
- Jaga Kondisi Fisik: Konsumsi buah dan sayuran, hindari makanan berlemak, dan istirahat yang cukup untuk menjaga stamina tubuh.
Menyikapi Realitas Antrean Toilet di Padang Arafah: Kesiapan Mental dan Budaya Antre
Kesabaran yang perlu dijaga dan dikelola oleh para jemaah haji tidak hanya terbatas pada aspek non-fisik. Salah satu hal yang mungkin terasa sulit dikendalikan adalah dorongan alamiah untuk buang air besar atau kecil. Ketika jemaah berada di hotel, urusan buang hajat tidak menjadi persoalan yang menimbulkan frustrasi. Namun, situasinya berbeda ketika jemaah berada di Padang Arafah. Keinginan mendesak untuk buang air seringkali menjadi tantangan tersendiri karena jumlah toilet yang tersedia jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah jemaah haji yang hadir.
Kondisi ini seringkali memunculkan pemandangan antrean panjang menuju toilet maupun kamar mandi, yang bahkan bisa mencapai lebih dari 10 menit atau lebih. Hal ini menuntut tingkat kesabaran yang tinggi. Bagi jemaah yang terbiasa menggunakan kamar mandi dengan santai dan dalam waktu yang lama, selama berada di Padang Arafah, kebiasaan tersebut sebaiknya dihindari sementara waktu demi menghormati kebutuhan jemaah lain. Dalam situasi seperti ini, jemaah haji yang memiliki frekuensi buang air kecil yang lebih sering perlu memberikan perhatian serius pada pengaturan waktu. Meskipun kesabaran atau keinginan lain mungkin masih bisa dikendalikan, namun rasa ingin buang air kecil biasanya sulit untuk ditahan.
Menghadapi potensi antrean toilet di Armuzna merupakan salah satu tantangan logistik dalam ibadah haji. Namun, dengan persiapan yang matang, terutama dalam mengatur pola makan, minum, dan buang air, para jemaah diharapkan dapat meminimalkan ketidaknyamanan dan fokus pada kekhusyukan ibadah wukuf. Imbauan dari para ahli kesehatan ini menjadi pengingat penting bagi seluruh calon jemaah haji Indonesia untuk lebih peduli terhadap kesehatan dan kebutuhan diri selama berada di Tanah Suci. Mari persiapkan diri sebaik mungkin demi kelancaran dan keberkahan ibadah haji tahun 2025 ini. Bagikan informasi ini kepada keluarga dan teman yang akan berangkat haji agar mereka juga dapat mengambil manfaatnya.