Memahami Durasi Ideal 40 Hari dalam Perjalanan Ibadah Haji Jemaah Indonesia
Bagi umat Islam di Indonesia yang menunaikan ibadah haji, perjalanan ke Makkah dan Madinah merupakan sebuah komitmen waktu yang signifikan. Secara umum, jemaah haji reguler dari Indonesia akan berada di Tanah Suci selama kurang lebih 40 hari. Durasi ini menimbulkan pertanyaan, mengingat ritual inti ibadah haji sendiri hanya berlangsung sekitar satu minggu. Lantas, mengapa perjalanan haji Indonesia memerlukan waktu yang relatif panjang?
Alokasi Waktu Selain Ritual Utama Haji: Umrah, Ziarah, dan Arbain
Di luar rangkaian wajib ibadah haji, waktu yang cukup lama di Tanah Suci dimanfaatkan jemaah Indonesia untuk melaksanakan ibadah umrah, mengunjungi berbagai tempat bersejarah (ziarah), serta menjalankan ibadah Arbain di Masjid Nabawi, Madinah. Kegiatan-kegiatan sunah ini menjadi bagian integral dari pengalaman spiritual jemaah haji Indonesia.
Korelasi Antara Durasi Perjalanan dengan Biaya Haji
Kepala Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Daerah Kerja Madinah, Akhmad Jauhari, mengungkapkan bahwa panjangnya masa tinggal jemaah haji secara langsung memengaruhi besaran biaya yang harus dikeluarkan. Sebaliknya, perjalanan haji dengan durasi yang lebih singkat cenderung memiliki biaya yang jauh lebih tinggi. Fenomena ini tercermin pada paket haji khusus yang menawarkan perjalanan 14 hingga 21 hari dengan biaya yang mencapai ratusan juta rupiah.
Faktor Utama di Balik Lamanya Perjalanan Haji Reguler
Jauhari menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor krusial yang menyebabkan perjalanan haji reguler memakan waktu sekitar 40 hari. Dua faktor yang paling signifikan adalah akomodasi dan transportasi.
Strategi Akomodasi: Antisipasi Harga Tinggi di Musim Puncak
Pemerintah mengambil langkah strategis dengan menyewa akomodasi hotel bagi jemaah haji reguler jauh sebelum musim puncak haji tiba. Langkah ini bertujuan untuk menghindari lonjakan harga sewa hotel yang biasanya terjadi menjelang dan selama pelaksanaan ibadah haji. Jauhari memberikan ilustrasi, jika jemaah tiba pada tanggal 10 Dzulqa’dah, harga hotel bisa melonjak signifikan dibandingkan jika kedatangan dilakukan pada tanggal 6 Dzulqa’dah.
Tantangan Transportasi Udara: Keterbatasan Slot Penerbangan
Dari sisi transportasi, kendala utama terletak pada sulitnya mendapatkan slot waktu penerbangan, terutama untuk kepulangan. Bandara di Jeddah melayani lebih dari dua juta jemaah haji dari seluruh dunia, yang menyebabkan antrean panjang untuk penerbangan kembali ke negara masing-masing. Jauhari menekankan bahwa mempersingkat masa tinggal menjadi 35 hari akan meningkatkan frekuensi penerbangan harian yang dibutuhkan, yang pada akhirnya akan berdampak pada kenaikan biaya tiket pesawat.
Upaya Pengembangan Infrastruktur di Arab Saudi
Untuk mengatasi masalah keterbatasan slot penerbangan, pemerintah Arab Saudi sedang menjajaki kemungkinan penambahan bandara baru di wilayah Tabuk dan Ta’if. Selain itu, proyek perluasan landasan pacu di Bandara Internasional King Abdul Aziz, Jeddah, juga sedang berjalan. Langkah-langkah ini merupakan bagian dari roadmap Visi 2030 Arab Saudi dalam pengembangan sektor haji. Inisiatif ini juga sebagai antisipasi lonjakan jumlah jemaah haji di masa depan, terutama dari Indonesia yang diprediksi mencapai 250 ribu orang.
Dengan pemahaman mendalam mengenai faktor-faktor ini, jemaah haji Indonesia dapat lebih mengerti alasan di balik durasi 40 hari dalam perjalanan ibadah yang penuh makna ini.