Awal Cerita: Dari Wedding Dream ke Spiritual Journey
Semua bermula dari sebuah keputusan spontan. Setelah menikah, Daffa dan Rani sempat bingung menentukan tujuan honeymoon. Teman-temannya ke Eropa, Jepang, dan Maldives. Tapi Daffa tiba-tiba berkata, “Gimana kalau kita ke Tanah Suci aja, sekalian ibadah? Aku pengin honeymoon yang beda — yang bisa ngasih makna hidup.”
Awalnya Rani tertegun. Tapi setelah melihat brosur dari Pusat Umroh, program Umroh Plus Aqsho yang menawarkan perjalanan spiritual ke Makkah, Madinah, Jordan, dan Palestina — ia langsung jatuh cinta.
“Romantis banget, Mas. Kita bisa mulai rumah tangga dengan doa di Masjidil Aqsho!” katanya penuh semangat.
Begitulah, niat mereka terbentuk. Bukan cuma honeymoon, tapi “spiritual honeymoon” — perjalanan suci dua hati yang baru disatukan dalam ikatan cinta dan iman.
Pusat Umroh, Gerbang Cinta dan Doa
Sebelum berangkat, Daffa sempat browsing tentang Pusat Umroh. Ia kagum karena travel ini nggak cuma fokus pada kenyamanan, tapi juga pembinaan rohani bagi jamaah.
“Aku pengin perjalanan ini bukan sekadar jalan-jalan, tapi juga perjalanan hati,” katanya pada Rani.
Mereka pun mempersiapkan diri. Dari menghafal doa-doa umroh, membaca sejarah para Nabi, hingga menyiapkan mental untuk hidup sederhana di tanah suci. “Kita mulai rumah tangga ini dengan Allah سبحانه وتعالى di depan,” kata Rani lembut.
Kalimat itu jadi kompas mereka sepanjang perjalanan.
Makkah: Doa Dua Hati di Depan Ka’bah
Saat tiba di Makkah, keduanya terpaku menatap Ka’bah. Hening. Air mata menetes tanpa sadar.
“Masya Allah… tempat ini nyata,” bisik Rani dengan suara bergetar.
Daffa menggenggam tangan istrinya erat. “Kita udah di sini, Ran. Mari kita minta Allah سبحانه وتعالى jaga cinta kita sampai Jannah.”
Mereka thawaf berdua, seakan seluruh dunia berhenti berputar kecuali cinta mereka di hadapan Ka’bah. Di setiap putaran, doa terucap: agar rumah tangga mereka penuh berkah, sabar, dan saling menguatkan.
Setelah umroh selesai, Daffa berbisik, “Aku janji, cinta ini nggak cuma karena kamu, tapi karena Allah سبحانه وتعالى.”
Rani tersenyum sambil meneteskan air mata. “Dan aku janji akan selalu jadi makmummu — di dunia dan di akhirat.”
Madinah: Belajar Cinta dari Kota Nabi ﷺ
Madinah terasa damai dan romantis dalam cara yang sederhana. Setiap subuh, keduanya berjalan kaki menuju Masjid Nabawi sambil bergandengan tangan. “Rasanya tenang banget ya, Mas. Kayak semua masalah hidup hilang,” ucap Rani.
Di Raudhah, mereka berdoa lama. “Ya Rasulullah ﷺ, doakan kami agar rumah tangga kami seperti sunnahmu — penuh kasih, lembut, dan saling memahami.”
Setelah shalat, Daffa menulis di jurnal kecilnya,
“Madinah mengajarkan aku, cinta sejati bukan sekadar romantis, tapi bagaimana kita saling membawa ke surga.”
Rani pun membalas dengan senyum penuh makna. “Dan surga itu terasa dekat, kalau kita berdua bisa terus sejalan.”
Jordan: City Tour Petra dan Jejak Keabadian
Perjalanan dilanjutkan menuju Jordan. Di sana, mereka melakukan city tour ke Petra — kota batu merah yang megah dan bersejarah.
“Mas, tempat ini kayak dari film ya,” ucap Rani takjub.
“Iya, tapi lebih dari itu. Petra ini jadi pengingat bahwa dunia seindah apa pun tetap akan jadi debu. Yang abadi cuma amal dan cinta yang dibangun karena Allah سبحانه وتعالى,” jawab Daffa bijak.
Di tengah lembah batu yang memantulkan cahaya jingga sore, Rani menatap suaminya lama. “Aku bersyukur menikah sama kamu, Mas. Kamu ngajarin aku cara mencintai yang lebih tinggi — bukan cuma cinta dunia, tapi cinta karena iman.”
Daffa menggenggam tangannya lembut. “Dan perjalanan Umroh Plus Aqsho ini yang ngajarin aku arti cinta sejati: bukan di tempat mewah, tapi di tempat yang bikin hati tunduk.”
Palestina: Masjidil Aqsho dan Janji di Tanah Suci
Perjalanan mereka mencapai puncak ketika sampai di Palestina. Begitu melihat kubah Masjidil Aqsho yang berkilau keemasan di bawah langit sore, Rani langsung meneteskan air mata. “Mas… kita beneran di sini…”
Mereka shalat berjamaah di dalam Masjidil Aqsho. Suara imam menggema lembut, dan hati mereka larut dalam rasa haru. Setelah shalat, Daffa berdoa,
“Ya Allah, jadikan cinta kami seperti cinta para Nabi kepada-Mu: tulus, sabar, dan tak lekang oleh waktu.”
Rani menambahkan,
“Ya Allah, beri kami kekuatan untuk saling mencintai di jalan-Mu. Jangan biarkan cinta kami berubah arah.”
Di luar masjid, mereka menatap langit Yerusalem yang indah. “Mas, ini honeymoon paling indah yang pernah aku bayangin. Bukan karena mewah, tapi karena penuh makna.”
Daffa mengangguk. “Kita bukan cuma pasangan suami istri, Ran. Kita sahabat di jalan menuju surga.”
Kembali ke Tanah Air: Cinta yang Semakin Dewasa
Setelah perjalanan berakhir, Daffa dan Rani merasa seperti dua manusia baru. Mereka tak hanya membawa foto dan oleh-oleh, tapi juga jiwa yang lebih kuat, cinta yang lebih dalam, dan komitmen yang lebih suci.
“Dulu aku pikir honeymoon itu tentang kemewahan. Sekarang aku tahu, honeymoon sejati adalah perjalanan mengenal Allah سبحانه وتعالى bersama orang yang kita cintai,” kata Rani sambil tersenyum.
Daffa menatap istrinya dengan lembut. “Dan aku bersyukur kita pilih Pusat Umroh. Mereka bukan cuma bawa kita ke tempat bersejarah, tapi juga bantu kita menemukan arti cinta sebenarnya lewat Umroh Plus Aqsho.”
Kini, setiap kali melihat foto mereka di depan Masjidil Aqsho, keduanya tersenyum penuh kenangan. Karena di sanalah cinta mereka tumbuh — bukan hanya di antara manusia, tapi di bawah langit Allah سبحانه وتعالى. 🌙

